Anak adalah harta yang paling berharga di setiap keluarga serta dapat memberikan keceriaan dalam sebuah keluarga. Namun, bila sang buah hati susah makan sering membuat para orang tua stress dan putus asa. Segala cara pasti akan dilakukan dan ditempuh demi sang buah hati bisa serta mau makan.
Ada beberapa faktor mengapa anak seringkali susah makan dengan berbagai reaksi seperti menutup mulut rapat-rapat, sering mengulum makanan dan tidak segera ditelan kemudian dikeluarkan, pilih-pilih makanan bahkan tidak segan-segan membuang makanan sehingga sering membuat sang ibu jengkel dan frustasi.
Berikut ini beberapa faktor psikologis anak susah makan :
1. Gangguan susah makan timbul karena anak meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Seperti bila anak tumbuh dilingkungan keluarga yang enggan makan, karena diet akan membuat anak juga enggan makan. Tapi sebaliknya bila semua anggota keluarga menunjukkan perilaku suka makan, maka anak juga tidak mengalami susah makan kecuali ada sebab-sebab lainnya.
2. Gangguan susah makan juga bisa timbul karena orang tua tidak mengakui ego anak, padahal balita pun sudah memiliki keinginan agar egonya diakui. Seperti orang tua selalu memaksakan anak harus makan menu dan porsi yang sudah ditentukan. Memang orang tua maksudnya benar supaya gizi anak tercukupi dengan baik, meja makan bersih dan makanan tidak terbuang dengan percuma sehingga anak kadang harus disuapi supaya makanan tidak tercecer dimana-mana. Namun perlu kita ketahui, bahwa makan bukan melulu persoalan gizi namun terdapat pula unsur psikologis.
3. Perilaku orang tua dalam menerapkan pola makan yang salah pada anak. Seperti kebiasaan memberikan makanan selingan atau camilan dengn jajanan yang tinggi kalori (permen, jelly, makanan/minuman ringan, coklat). Sehingga anak yang makan makanan yang tinggi kalori, perut akan mudah merasa kenyang sehingga tidak mau makan.
4. Tidak ada variasi menu sehingga menu yang disajikan tidak menarik dan tidak membangkitkan selera makan anak. Berikan menu yang bervariasi dan menarik penyajiannya dalam bentuk, warna, dan rasa makanan sehingga mempengaruhi selera makan anak.
5. Stress. Anak yang stress secara otomatis selera makannya akan turun. Stress pada anak bisa disebabkan seperti punya adik baru, suasana rumah tegang, orang tua bertengkar didepan anak atau saat makan, guru yang galak, teman sekolah yang memusuhi dan lain-lain.
Nah, bagaimana caranya supaya anak tidak susah makan? Berikut ini beberapa tips yang bisa digunakan untuk mengatasi susah makan pada anak :
1. Ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan saat makan. Semua anggota keluarga harus menunjukkan makan dengan penuh selera bila perlu anak di iming-imingi untuk mencium bau masakan dengan cara yang unik supaya anak tertarik dan jangan dengan unsur paksaan.
2. Buatlah menu makanan yang bervariasi dan disajikan semenarik mungkin yang bisa membangkitkan selera makan anak, misal dengan mencetak telur mata sapi dengan cetakan berbagai bentuk yang menarik dan biarkan anak memilih masakan yang disukainya asalkan yang memenuhi persyaratan gizi anak.
3. Usahakan jangan memberikan makanan selingan atau camilan yang tinggi kalori seperti : coklat, permen, jelly, sirup menjelang jam makan utamanya.
4. Bagi anak usia 2 tahun keatas, sekali-kali biarkan anak makan sendiri dengan cara dan kecepatannya sendiri, jangan diburu-buru. Tidak perlu gusar bila makanan berceceran di meja karena hal ini juga bisa melatih anak untuk membiasakan mandiri.
5. Sediakan waktu khusus untuk berbagi cerita atau dongeng saat anak sedang makan, terutama saat anak sedang sakit dan selera makannya menurun drastis.
6. Jika penyebab gangguan susah makan adalah karena stress, cari penyebab dan usahakan cari solusinya.
Mari kita belajar menjadi orang tua yang bijak dengan memperhatikan kebutuhan makan anak kita karena kebutuhan makan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi setiap manusia, termasuk anak kita.
Semoga beberapa hal diatas dapat membantu dan bermanfaat untuk membangkitkan selera makan sang buah hati kita. Nah, selamat mencoba!
0 komentar:
Posting Komentar