Banyak orang
beranggapan bahwa penyakit HIV AIDS adalah merupakan penyakit kutukan atau dari
cara hidup yang tidak benar. Memang cara penularan infeksi HIV terbanyak adalah
melalui hubungan badan antara laki-laki dan perempuan atau melalui hubungan
yang tidak aman tanpa menggunakan pelindung/ kondom.
Sehingga
sebagian orang beranggapan hal ini akibat dari adanya pola pergaulan bebas,
hubungan di luar nikah atau adanya perselingkuhan. Hal ini tidak sepenuhnya
benar, karena berdasarkan data jumlah AIDS yang dilaporkan menurut pekerjaan
selama bulan Juli – September 2013, bahwa yang menduduki peringkat tertinggi
yang terkena AIDS justru jumlah ibu rumah tangga dengan jumlah 347 ibu.
Dan bila kita
telusuri lebih dalam lagi, kemungkinan ibu hamil akan melahirkan anak dengan
HIV positif kecuali jika dilakukan upaya pencegahan penularan dari ibu kepada
anak terlebih dahulu.
Seperti
beberapa kasus ibu rumah tangga yang akhirnya memberanikan diri untuk
memeriksakan status HIVnya dikarenakan suaminya bekerja di luar kota dan dia
mendengar bahwa beberapa teman suaminya terdiagnosa HIV positif. Dan setelah
diperiksa ternyata ibu tersebut juga tertular HIV positif dari suaminya.
Saat ini
masih banyak anggota masyarakat yang sebenarnya beresiko untuk terinfeksi HIV,
namun takut untuk memeriksakan status HIVnya dikarenakan berbagai alasan,
antara lain takut dengan diskriminasi yang akan diterima jika ternyata dirinya
terinfeksi HIV.
Namun
sebenarnya manfaat yang didapat jika seseorang dengan HIV positif mengetahui
status HIVnya adalah jauh lebih besar, antara lain :
- Mendapat konseling mengenai HIV AIDS secara lebih jelas, sehingga bisa hidup dengan baik dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
- Mendapat obat pencegahan agar tidak terkena Infeksi Oportunistik.
- Mendapat obat infeksi oportunistik yang tepat saat penyakitnya muncul.
- Mendapat obat ARV saat membutuhkan.
- Mendapat pendampingan agar pasangan hidup tidak ikut tertular HIV (jika pasangan belum tertular)
- Jika ingin memiliki anak, bisa diusahakan agar anak yang lahir nanti tidak terkena HIV (melalui upaya pencegahan penularan dari ibu kepada anak)
Seseorang yang terinfeksi HIV lama
kelamaan daya tahan tubuhnya akan semakin menurun sehingga akhirnya mudah
terinfeksi oleh penyakit-penyakit lain. Biasanya penyakit terbanyak yang sering
diderita oleh orang yang terinfeksi HIV adalah tuberkulosis (TBC), diare,
kandidiasis (jamur), dan dermatitis (gatal pada kulit).
Bila penyakit-penyakit tersebut tidak
segera tertangani akan mengakibatkan orang tersebut meninggal dunia, jadi bukan
karena HIV yang menjadi pembunuhnya secara langsung.
Dan sebenarnya penyakit-penyakit
tersebut sudah ada obatnya. Jadi dengan pengobatan yang baik terhadap infeksi
penyakit tersebut, maka seseorang dengan HIV positif tetap terjaga kondisinya.
Berdasarkan penelitian dilapangan
serta banyaknya kasus mengenai HIV AIDS ini, diambil kesimpulan bahwa tanpa
penanganan apapun, maka perjalanan alamiah infeksi HIV biasanya akan memerlukan
waktu ± 10 tahun untuk akhirnya masuk dalam stadium AIDS. Dan tanpa penanganan
yang baik, maka dalam 2-3 tahun kemudian biasanya orang tersebut akan
meninggal.
Namun, bila dengan penanganan yang
baik, maka seseorang yang terinfeksi HIV bisa tetap sehat dalam waktu yang
lebih panjang dari itu. Salah satu contoh yaitu Magic Johnson, Pebasket NBA
kelahiran 14 Agustus 1959 ini didiagnosis terinfeksi HIV pada tahun 1991 dan
dia masih bisa hidup hingga hari ini. Berarti dia hidup dalam kondisi
terinfeksi HIV sudah sekitar 23 tahun lamanya.
Bahkan dalam sebuah publikasi di AIDS
pada bulan Maret 2013 ditulis bahwa dengan virus yang undetectable dan dalam
kondisi ketahanan tubuh yang berfungsi normal, maka angka kematian pada
seseorang yang terinfeksi HIV tidaklah berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
Karena itu sangat penting untuk
memeriksakan status HIV bagi penderita HIV. Seseorang yang sudah terinfeksi HIV
akan tetap terinfeksi HIV walaupun tidak diketahui status HIVnya secara pasti.
Namun justru dirinya akan mendapat kerugian, dikarenakan tidak akan mendapat
penanggulangan sejak dini bila malu untuk memeriksakannya.
0 komentar:
Posting Komentar